MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
ILEUSTOMI
PADA TN. M
DISUSUN
OLEH :
Mimin Mintarsih (14016)
Akademi
Keperawatan Harum Jakarta
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur alhamdulillah atas
kehadirat tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, Rahmat dan Karunianya kelompok
dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
ILEUSTOMI”
Kelompok menyusun Makalah ini dalam rangka memenuhi
persyaratan tugas KMB I METODOLOGI pada
program diploma III dibidang keperawatan Akademi Keperawatan Harum Jakarta
tahun ajaran 2015-2016.
Dalam menyusun Makalah ini, kelompok menyelesaikan
makalah dengan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya untuk itu dalam kesempatan
ini kelompok dengan segala rendah hati mengucapkan terimakasih kepada.
1. Ibu Rusmawati
Sitorus, S.Pd. S.Kep. M.A. Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta
2. Bapak Ns. Ragil
Supriyono, M.Kep. Selaku wali kelas tingkat II
3. Ibu Ns. Ari Susiani,
M.Kep. Selaku dosen mata ajar KMB I METODOLOGI
4. Rekan-rekan semua
angkatan ke XVI Akademi Keperawatan Harum Jakarta
Semoga jasa dan budi baik orang-orang yang telah
membantu kami dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Segala kemampuan dan upaya yang telah kami lakukan
semaksimal mungkin kelompok akan lebih maksimal lagi dalam menyusun makalah
sehingga kelompok dengan senang hati menerima segala bentuk saran dan kritik
yang bbersifat membangun demi peningkatan laporan kasus ini. Kami berharap agar
laporan kasus ini bermanfaat bagi menua para pembaca pada umunya dan tenaga
keperawatan pada khususnya.
Jakarta, 08
Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata pengantar
.....................................................................................................2
Daftar isi
...........................................................................................................3
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................4
B. Tujuan penulisan.............................................................................................5
1. Tujuan umum............................................................................................5
2. Tujuan
khusu.............................................................................................5
C. Ruang lingkup.................................................................................................5
D. Metode
penulisan ...........................................................................................5
E. Sistemmatika
penulisan
.................................................................................6
BAB
II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ......................................................................................................7
B. Etiologi
..........................................................................................................8
C. Patofisiologi ..................................................................................................8
1. Perjalanan
penyakit...................................................................................8
2. Manifestasi
klinis .....................................................................................9
3. Komplikasi
...............................................................................................9
D. Penatalaksaanan
............................................................................................10
E. Pengkajian
keperawatan
................................................................................10
F. Diagnosa
keperawatan
...................................................................................11
G. Perencanaan
...................................................................................................11
H. Pelaksaan
keperawatan
..................................................................................13
I. Evaluasi
.........................................................................................................14
BAB
III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
......................................................................................................16
B. Diagnosa
.........................................................................................................23
C. Perencanaan,
pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan ....................25
BABA
IV PENUTUP
A. Kesimpulan
saran ..........................................................................................31
B. Saran
..............................................................................................................32
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Obstruksi
usu merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai dan dan
merupakan 60%-70% dari seluruh kasus gawat abdomen, gawat abdomen dapat
disebabkan oleh kelainan didalam abdomen berupa inflamasi dan penyulitan, Ileus
Obstruksi, iskemik, dan perdarahan.
(Suratum,
2010)
Obstruksi
usus disebut juga Ileus Obstruksi (Obstruksi Mekanik) misalnya stragulasi,
invaginasi atau adanya sumbatan dalam lumen usus. Obstruksi usus, merupakan
gangguan peristaltik baik dari usu halus maupun kolon.
Ileus
Obstruksi adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus (Sabara,
2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia di diagnosa Ileus
(devison, 2006). Di Amerika di perkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita Ileus setiap
tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.024 pasien rawat jalan
pada tahun 2004 menurut Bank Departemen kesehatan Indonesia, Ileus Obstruksi
sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi aliran usus sepanjang
saluran usus.
Berdasarkan
catatan menurut medical record RSUD Koja Jakarta yang terjadi Ileus Obstruksi
sebanyak 1% yang dirawat di Rumah Sakit Umum daerah Koja Jakarta Utara.
Obstruksi usu jika segera ditangani sebagai mana mestinya maka akan
mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, untuk mencegah komplikasi, maka sesuai
engan peran dan fungsi perawat adalah sebagi pelaksana Asuhan Keperawatan
mencakup aspek preventif, promotif, dan rehabilitatif ingin berpartisipasi
melakukan asuhan keperawatan sehingga penulis tertarik mengambil judul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tn. M dengan Post Operasi Ileus obstruksi diruang Bedah
RSUD KOJA Jakarta”
B.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Untuk
memenuhi tugas mata ajar KMB I METODOLOGI agar mahasiswa/I mampu melaksanakan
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Post operasi Ileus Obstruksi dengan
menggunakan proses keperawatan melalui metode pemecahan masalah.
2. Tujuan
Khusus
a. Mampu
menentukan masalah keperawatan pasien dengan post operasi Ileus Obstruksi.
b. Mampu
menentukan masalaha keperawatan pasien dengan post operasi Ileus Obstruksi.
c. Mampu
merencanakan Asuhan Keperawatan pasien dengan post operasi Ileus obstruksi.
d. Mampu
melakukan evaluasi pada pasien dengan post operasi Ileus Obstruksi.
e. Mampu
mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan kasus.
f. Mampu
mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi/alternative pemecahan masalah.
g. Mampu
mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan pada klien dengan post
operasi Ileus Obstruksi.
C.
Ruang
Lingkup
Dalam
makalah ini, penulis membatasi pada asuhan keperawatan yang dilakukan kepada
Tn. M dengan post operasi Obstruksi diruang Bedah RSUD KOJA Jakarta dari
tanggal 03 Desember 2015 sampai dengan 05 Desember 2015.
D.
Metode
Penulisan
Metode
penulisan karya tuls ilmiah ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan
studi kasusu dengan menggunakan penerapan Asuhan Keperawatan secara tehnik
pengmpulan data melalui :
1. Studi
kepustakaan untuk mendapatkan dasar ilmiah yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan post operasi Ileus Obstruksi.
2. Studi
kasus yaitu pengamatan langsung pada klien Tn. M dalam memberikan asuhan
keperawatan sebelum dan sesudah operasi.
3. Wawancara
: dilakukan pada klien dan keluarga dan pada tim kesehatan lain dalam rangkan
mengumpulkan data yang berhubungan dengan keluhan klien.
4. Observasi
dilakukan guna mendapatkan data secara obyektif dan subyektif.
5. Studi
dokumentasi : catatan keperawatan dan catatan medis, laboratorium.
E.
Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan karya tulis ilmiah in terdiri dari : bab I pendahuluan yang terdiri
dai Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup,
Sistematika Penulisan. Bab II
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Pengertian
Obstruksi
usus adalah penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. (Suratum, 2010)
Obstruksi
usus adalah sumbatan total atau perisial yang mencegah aliran normal melalui
saluran penernaan. (Brunner and Suddarth 2001)
Obstruksi
usus adalah gangguan isis usus di sepanjang saluran usus, (patofisiologi vol 4,
hal 403)
Obstruksi
terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus
kedepan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001)
Obstruksi
usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pesase cairan, flatus
dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional. (Tucker, 1998)
Ileus
Obstruksi adalah suatu penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu
jalannya isi usus (Sabra 2007)
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ileus obstruksi adalah sumbatan total
atau persial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau
gangguan di sepanjang usus, Sedangkan Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau
hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik
B.
Etiologi
1. Perlengkapan
(adhesi)
Adhesi
terjadi bila lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat
atau pada jaringan perut setelah pebedahan abdomen.
2. Intususepsi
Intususepsi
terjadi jika salah satu bagian usus menyusup kedalam bagian lain yang ada di
bawahnya akibat penyepitan lumes usus.
3. Volulus
Volvulus
terjadi jika usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpentir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi
amat distensi.
4. Hernia
Protusi
usus melalui area yang lemah pada dinding dan otot abdomen.
5. Tumor
Tumor
yang ada di dalam dinding usus meluas ke lumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus.
C.
Patofisiologi
1.
Proses
perjalanan penyakit
Obstruksi
mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus dimana terjadi
peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjad Obstruksi maka bagian proksimal
dari usus mengalami distensi dan berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila
terjadi peningkatan tekanan ntraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat
kemampuan absorbsi usus menurun, sehingga terjadi kehilangan vilume sistemik
yang besar dan progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus
meningkat untuk melawan adanya hambatan. Peristaltik yang harus berlanjut
menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana frekuensinya tergantung pada lokasi
Obstruksi. Bila Obstruksi terus berlanjut dan terjadi peningkatan tekanan
intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan vasikuler terutama statis
vena. Dinding usus menjadi udem dan terjadi trankolasi bakteri ke pembuluh
darah. Produksi toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri pembuluh
darah. Produksi toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi menyebabkan
timbulnya gejala sistemik, efek lokasi peregangan usus akibat udem usus adalah
anoksia, iskemik pada jaringan yang terlokalisis, nekrosis disertai absorsi
toksin-toksin bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
Pada
obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan
vaskuler dan neorologik. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan
udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya kolaps. Fungsi
sekresi dan absorpsi membran mukosa usus menurun dan dinding usus menjadi udema
dan kongesti. Distensi intertinal yang berat dengan sendirinya secara terus
menerus dan progresif akan mengganggu peristaltik dan fungsi sekresi mukosa
serta meningkatkan resiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perporasi,
peritonitis dan kematian. Pada Obstruksi strangulata, biasanya berawal dari
Obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemik
yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udem dan nekrosis, memacu usus
menjadi gangren dan perforasi.
2.
Manifestasi
Klinis Ileus Obstruksi
a. Nyeri
tekan pada abdomen
b. Muntah
c. Konstipasi
(sulit BAB)
d. Distensi
abdomen
3.
Komplikasi
:
a. Peritonitis
karena absorbsi toksin dal rongga sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang
hebat pada intra abdomen.
b. Perforasi
dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.
c. Sepsis,
infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak ditangani dengan dengan cepat.
d. Syok
hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma (Brunner and
Suddarth, 2001, hal 122)
D.
Penatalaksanaan
1. Medis
a. Terapi
injeksi
1. Ranitidin
3x1 25 mg
2. Katrolak
3x1 25 ml
b. Terapi
infuse RL
1. 20
tetes / menit
c. Terapi
diit
2. Keperawatan
a. Tirah
baring
E.
Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian
adalah langkah awal dari proses keperawatan meliputi Aspek Bio,Psiko, sosio dan
spiritual secara komprehensip. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan
informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien, keluarga
pasien dan dari catatan yang ada. Pengumpulan melalui wawancara, observasi
langsung dan melihat secara medis. Data yang diperlukan mungkin dari klien
dario fraktur sebagai beikut:
Data
dasar, meliputi :
Identitas
klien yang meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
1. Obstruksi
Usus Halus
a. Kaji
adanya keluhan nyeri sbdomen: karakteristik, durasi, frekuensi, skala nyeri,
Apakah nyeri hilang timbul atau menetap.
b. Kaji
adanya muntah yang mulanya mengandung empedu dan mukus, bila obstruktinya
tinggi. Pada obstruksi Ileum, muntahan menjadi fekulen yaitu muntahan berwarna
jingga dan berbau busuk.
c. Klien
melaporkan adanya gangguan pola tidur bila nyeri dan diare terjadi pada malam
hari.
2. Obstruksi
Usus Besar
a. Kaji
adanya nyeri yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada
usus halus tetapi intesitasnya jauh lebioh rendah.
b. Kaji
adanya muntah, biasanya muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompoten.
c. Kaji
adanya kram akibat abdomen bawah.
F.
Diagnosa
Keperawatan
1. Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.
2. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
adanya luka operasi
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
G.
Perencanaan
Keperawatan
a. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Hasil yang diharapkan
klien
dapat beraktivitas kembali
Kriteria hasil
1. Klien
dapat beraktivitas kembali
2. Tidak
terjadi kekakuan sendi
Renana
tindakan
1. Tingkatkan
tirah baring/duduk berikan lingkungan yang tenang
Rasional
: meningkatkan istirahat dan tenang
2. Ubah
posisi dengan tenang
Rasional
: meningkatkan fungsi pernafasan
3. Tingkat
akvitas sesuai toleransi, bantu klien melakukan latihan rantang gerak
Rasional
: tirah baring yang lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas
4. Anjurkan
klien untuk miring kiri dan miring kanan
Rasional
: untuk mencegah terjadinya kekauan sendi
b. Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi
Hasil yang diharapkan
Gangguan
rasa n yamn : nyeri dapat teratasi ditandai dengan skala nyeri 0-1
Kriteria hasil :
1. Ekspresi
wajah rilekssss
2. Tanda-tanda
vital dala batas normal (TD: 120/80 mmHg N: 80x/menit, S: 36-37ᵒc, RR:
20x/menit.
3. Nyeri
berkurang seara bertahap (skala nyeri 4)
4. Istirahat/tidur
cukup
Renana
tindakan
1. kaji tingkat dan karakteristik nyeri dan
lokasi nyeri (enetap hilang tibul)
Rasionalisasi
: mengetahui skala nyeri dan lokasi nyeri
2. Anjurkan
klien untuk menggunakan tehnik relaksasi : contoh membayangkan hal-hal yang
klien senangi, dan latihan napas dalam.
Rasioanl
: meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan
koping untuk engalihkan rasa nyeri klien.
3. Sediakan
waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak sering dengan pasien
4. Observasi
tanda-tanda vital klien
Rasional
: untuk engetahui keadaan u
5. Kolaborasi
pemberian obat analgetik (pansol ampul)
Rasional : memberikan penurunan nyeri
c. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operai
Hasil yang diharapkan
Resiko
tinggi infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
1. tidak
ada tanda-tanda infeksi Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, kemerahan,
bengkak, panas, gangguan fungsi)
2. Suhu
36,5ᵒc-37,5ᵒc
3. Drainage
tidak berbau
Rencana
tindakan
1. Lakukan
keperawatan luka
Rasionalisasi
: untuk mencegah terjadinya infeksi dan toleransi
2. Observasi
tanda-tanda infeksi
Rasional
: untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi
3. Jaga
kebersihan luka, hindari basah dan lembab
Rasionalisasi
: untuk deteksi dini terjadi infeksi dan mencegah komplikasi
4. Berikan
antibiotik sesuai indikasi
Rasional
: untuk membantu mencegah terjadinya infeksi
H.
Pelaksanaan
Keperawatan
Pelaksanaan
atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan
keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsif dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, tehnik komunikasi
terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang di berikan pada klien.
Dalam
melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu indefendent,
dependent, dan interpendent, tindakan keperawatan secara independent adalah
suatu tindakan yang dilakuakn oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter
atau tenaga kesehatan lainnya dependent adalah tindakan yang sehubungan dengan
pelaksanaan rencana. Tindakan medis. Interdependent adalah tindakan keperawatan
yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter, keterampilan
yang harus di punya perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu
kognitif, dan sikap psikomotor.
Adapun
tindakan / implementasi keperawatan uyang dilakukan pada kjlien dengan Ileus
Obstruksi untuk mengatasi diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan luka operasi adalah
mengkaji tingkat dan karakteristik nyeri: lokasi, lamanya, kualitas,
intensitas, penyebaran nyeri faktor-faktor yang meringankan dan faktor-faktor
yang memperberat (skala nyeri 0-10), observasi tanda-tanda vital dorong pasien
untuk mengungkapkan rasa sakitnya dan jelaskan pada klien penyebab timbulnya
nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam, menciptakan lingkungan
yang tenang, memberi posisi yang nyaman pada klien, menjelaskan pada pasien
nyeri akan hilang secara bertahap, kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian
terapi analgetik.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi mengobservasi tanda-tanda vital,
mengobservasi tanda-tanda infeksi sekitar luka (kemerahan, bengkak, panas,
nyeri kehilangan fungsi), rawat luka dengan tehnik aseptic, jaga kebersihan daerah sekitar luka hindari
basah dan lembab, Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk daerah operasi dan
pertahankan agar kuku tetap pendek dan bersih, tingkatkan asupan nutrisi: tinggi protein dan kalsium, kolaborasi dengan
tim medik dalam pemberian antibiotik.
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi : engkaji tingkat kemampuan
beraktiitas pasien engkaji status neurouskuler
minimal tiap 8 jam dan observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, RR),
membantu untuk merubah posisi tiap 2 jam bila mungkin atau mebantu pada posisi
yang tepat, membantu pasien bila pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dilakukan
sendiri ebatasi aktiitas pasien dan jelaskan tujuan pebatasan serta tidak
menahan berat badan pada ekstremitas yang injuri, menganjurkan dan membantu
pasien untuk mobilitas fisik secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dan
sesuai program medik, menempatkan barang-barang kebutuhan pasien ketempat yang
mudah dijangkau seperti bel, meja pasien, melibatkan keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan pasien.
Pada
kurang pengetahuan tentang proses-proses penyembuhan tulang berhubungan dengan
kurang inforasi: mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan latar belakang
pendidikan memberi penjelasan pada pasien dan pada keluarga tentang proses
penyebuhan tulang dengan bahasa yang mudah dimengerti, memberi kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti/kurang
jelas engajarkan perawatan luka dirumah.
I.
Evaluasi
Evaluasi
proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi
proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keeffektifan terhadap tindakan,
sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun
keberhasilan pada klien Ileus Obstruksi adalah :
1. Nyeri
teratasi
2. Tidak
terjadi infeksi
3. Mobilitas
fisik dapat dilakukan secara mandiri
4. Pengetahuan
klien meningkat atau bertambah tentang cara perawatan luka dirumah.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
A.
Pengkajian
Tanggal
pengkajian 03 Desember 2015 pukul 08.00 WIB. Klien masuk rumah sakit Koja tanggal 01 Desember 2015 pukul 09.00 WIB
di ruang bedah 502 dengan diagnosa Ileus Obstruksi.
1.
Identitas
Klien
Nama
klien Tn. M masuk pada tanggal 01 Desember 2015 jenis kelamin laki-laki umur 18
tahun, status belum menikah agama islam suku bangsa jawa dan bahasa yang
digunakan bahasa indonesiapekerjaan klien tidak bekerja alamat klien Rorotan
06/007 ilining Jakarta Utara. Sumber biaya kartu Jakarta Sehat sumber informasi
yang didapatkan dari klien dan keluarga. Operasi dilakukan pada tanggal 04
Desember 2015.
Resume
Tn.
M umur 18 tahun datang ke Rumah Sakit Daerah Koja Jakarta pada tanggal 29
november 2015, dengan keluhan panas dingin sudah 3 hari, nyeri perut dan terasa
keras, klien mual dan muntah, klien mengeluh haus terus menerus klien sulit
BAB, dan klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, dari hasil pengkajian di
dapatkan data S: 37,8ᵒc, N: 92x/menit, TD 140/90 mmHg, RR 24x/menit. Dari klien
mengatakan nyeri setempat pada daerah luka post operasi, klien mengatakan
nyerinya hilang timbul dan nyerinya seperti ditususk-tusuk, klien mengatakan
nyeri bila dibawa bergerak, klien mengatakan tidak bisa melakukan kebutuhan ADL
secara mandiri, klien mengatakan belum mampu melakukan aktivitas, klien
mengatakan balutan lukanya belum di ganti klien tampak meringis menahan sakit,
skala nyeri klien 8, klien tampak memegangi bagian yang sakit ketika nyeri
timbul, TTV klien TD: 140/100 mmHg, N: 93x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,5ᵒc
klien tampak sulit beraktivitas, klien tampak lemah, daerah balutan luka klien
tampak kotor, luka klien tampak tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kemerahan,
bengkak, nyeri, panas dan kehilangan fungsi), klien tampak terpasang NGT, cairan
NGT klien tampak berwarna merah, klien tampak terpasang infuse.
2.
Riwayat
Keperawatan
a. Riwayat
kesehatan sekarang
Keluhan
utama nyeri setempat pada daerah luka post operasi, klien mengatakan nyerinya
hilang timbul dan nyerinya seperti ditususk-tusuk,nyeri bila dibawa bergerak,
tidak bisa melakukan kebutuhan ADL secara mandiri, klien mengatakan belum mampu
melakukan aktivitas, skala nyeri klien 8.
b.
riwayat keperawatan masa lalu
klien tidak mempunyai
alergi dan tidak pernah mengalami keelakaaan dan klien tidak pernah dirawat di
Rumah Sakit sebelumnya. Didalam keluarga tidak ada penyakit keturunan dan klien
tidak pernah eakai obat-obatan.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Keterangan:
:
perempuan
: laki-laki
: pasien
:
tinggal satu rumah
:
meninggal
: garis menikah
: garis keturunan
d.
penyakit yang pernah diderita anggota keluarga
tidak ada anggota keluarga yang menjadi
faktor resiko
e.
riwayat psikososial dan spiritual
orang yang dekat dengan klien adalah ibunya,
pola komunikasi baik dalam keluarga terarah,
pembuat keputusan dalam keluarga adalah ayahnya klien mengikuti kegiatan
masyarakat, dampak penyakit pasien yaitu keluarga menjadi cemas, masalah yang
mempengaruhi pasien, keadaan tidak bisa beraktivitas, mekanisme koping terhadap
masalah, yang digunakan : pemecahan masalah, cari pertolongan, persepsi pasien
terhadap penyakitnya adalah ingin cepat sembuh, harapan pasien setelah
menjalani perawatan ingin cepat sembuh dan ingin beraktivitas kembali,
perubahan setelah sakit pasien tidak dapat beraktivitas seperti biasanya,
sistem nilai kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan tidakm ada.
Aktivitas agama yang dilaksanakan adalah shalat 5 waktu, lingkungan rumah klien
berdempetan dan rumah klien berada di dalam gang yang sempit.
f.
kondisi lingkungan rumah
lingkungan rumah kumu, berisik, dan dekat dengan keramaian
Pola Kebiasaan
Sehari-Hari
1.
Pola
Nutrisi
Pola
nutrisi Dirumah
Frekuensi
makan 3 kali sehari porsi makan baik porsi makan yang dihbikan 1 porsi, makanan
yang disukai klien gorengan, dan klien tidak aa lergi. Makanan pantangan
sambel, tidak ada menggunakan obat-obat sebelum makan.
Pola
Nutrisi Dirumah Sakit
Pada
Saat dikaji pasien sedang di puasakan, nafsu makan kurang, mual dan muntah,
makanan yang tidak disukai klien tidak ada, dan klien tidak ada alergi. Makanan
pantangan tidak ada, tidak ada menggunakan obat-obatan sebelum makan, klien
terpasang NGT.
2.
Pola
Eliminasi
Pola
kebiasaan di Rumah
a) Pola
BAK
Frekuensi
4-5x sehari warna kuning jernih, tidak ada keluhan alam BAK
b) Pola
BAB
Pola
BAB klien 2x sehari konstitensi padat
c) Pola
Personal Hygiene
Klien
mandi 2x sehari waktunya sore, oral hygiene 2x sehari waktunya pagi dan sore,
cuci rambut 2x sehari
d) Pola
Istirahat dan tidur
Pola
istirahat dan tidur di Rumah
Saat
di Rumah klien tidak pernah tidur siang, dan tidur malam 13 jam. Sebelum
istirahat klien nongkrong sama-sama teman nya, kebiasaan klien merokok, tidak minum-minuman
keras dan tidak ketergantungan obat.
Poa kebiasaan di Rumah Sakit
a) Pola
BAK
Frekwensi
1000 cc/ sehari warna kuning jernih, tidak ada keluhan dalam BAK
b) Pola
BAB
Selama
dirawat di Rumah sakit klien belum BAB, keluhan sakit saat BAB
c) Pola
personal hygene
Mandi
1x/hari, gosok gigi 1x/hari, dan 1x/hari cuci rambut selama dirumah sakit.
d) Pola
Istirahat dan tidur
Saat
di Runah sakit klien tidur siang 1 jam, dan tidur malam 2 jam. Sebelum
istirahat klien ngobrol dengan adiknya, saat di Rumah Sakit klien tidak
merokok, tidak minum-minuman keras dan tidak ketergantungan obat.
3.
Pengkajian
Fisik
a. Pemeriksaan
Fisik Umum
Berat
badan klien 47 kg, dan berat badan sebelum sekitar 49 kg, tingg badan 160 cm,
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37,8ᵒc,
keadaan umum kompos mentis, tidak mengalami pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem
penglihatan
Posisi
mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, knjungtiva non
ikterik, kornea normal, sclera anikhterik, pupil isokor, otot-otot maka tidak
ada kelainan, dan fungsi penglihatan baik, klien tidak memakain kaca mata dan
lensa.
c. Sistem
Pendengaran
Daun
telinga normal tidak terdapat srumen, tidak ada cairan dari telinga, fungsi
pendengaran nomal tidak memakai alat Bantu, klien tidak mengalami gangguan
bicara.
d. Sistem
Pernafasan
Jalan
nafas bersih tidak sesak tidak menggunakan otot Bantu pernafasana, RR
24x/menit, irama teratur, jenis pernafaan spontan, suara nafas vesikuler, klien
tidak batuk dan tidak ada sputum, klien tidak nyeri saat bernafas.
e. Sistem
Kardiovaskuler
Sirkulasi
perifer normal 92x/menit, irama teatur, TD 140/90 mmHg, tidak ada distensi vena
jugulais kanan dn kiri, temperature kulit hangat, warna kulit pucat, pengisisan
kapiler 4 detik, dan tidak odem, denyut nadiapical 88x/menit, irama teratur
tidak ada kelainan bunyi jantung tidak sakit dada.
f. Sistem
Hematologi
Klien
tidak mengalami gangguan hematologi tidak pucat, tidak ada perdarahan
g. Sistem
Saraf Pusat
Keluhan
sakit kepala tidak ada, tingkat kesadaran kompos mentis GCS 15 tidak ada
peningkatan TIK, tidak mengalami gangguan system persyarafan, reflek fisiologis
normal dan patologis normal
h. Sistem
Pencernaan
Keadaan
mulut klien baik tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu tidak
stomatitis, lidah kotor dan dan klien muntah, klien tidak ad nyeri, bising usus
6x/menit. Klien tidak diare, hepar tidak berada dan abdomen keras, klien mual
dan muntah
i.
Sistem Endokrin
Tidak
terjadi pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton dan tidak ada luka
ganggren.
j.
Sistem Urogenital
Balance
cairan: intake 1720 ml (infuse 20 tetes/menit =1000 ml, minum= 720 cc). Output
1500 ml, (cairan drainage= 300 ml, urine 1000 ml, IWL 200 cc/24 jam), jadi
jumlahnya 1720-1500= 250 cc intake dan output cairannya, tidak mengalami
gangguan pola kemih, tidak ada keluhan dalam BAK, warna kuning jernih, tidak
ada keluhan sakit pinggang.
k. Sistem
Integumen
Turgor
kulit kurang elastis, warna kulit kemerahan keadaan kulit baik, kelainan kulit
tidak ada, daerah pemasangan infuse baik tidak asd tanda-tanda infeksi (kemerahan, nyreri,
bengkak, panas, kehilangan fungsi), testur rambut baik, tetapi kebersihan
kurang
l.
Sistem Muskuloskeletal
Klien
tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, tidak ada fraktur, kondisi sedang,
tidak ada kelainan bentuk sendi, keadaan tonus otot baik, kekuatan otot.
333 333
333 333
4.
Data
Penunjang
Pada
tanggal 03 Desember 2015 dilakukan pemeriksaan radiology hasil: HB : 17,0 g/dl
(nilai normal P: 13,5-17,5- W: 12,0-14,0), lekosit :13,300 /ul, Ht: 49% (nilai
normal 4.100-10.900), trombosit 180.000/ul (nilai normal 40.000-440.000)
5.
Penatalaksanaan
Terapi
injeksi : katorolac 3x25 ml
: ambacin 2x1 gram
: transamin 2x1 ampul
:
ranitidin 3x1 25 mg
: vitamin K 1x2 ampul
: paracetamol 1x500 mg
Terapi
infus RL : 20 tetes/menit
Terapi
diit : NB
A.
Data
focus :
1.
Data
Subjektif
Post operasi :
klien mengatakan nyeri setempat pada daerah luka post operasi, klien mengatakan
nyerinya hilang timbul dan nyerinya seperti ditususk-tusuk, klien mengatakan
nyeri bila dibawa bergerak, klien mengatakan tidak bisa melakukan kebutuhan ADL
secara mandiri, klien mengatakan belum mampu melakukan aktivitas, klien
mengatakan balutan lukanya belum di ganti
Data objektif
klien
tampak meringis menahan sakit, skala nyeri klien 8, klien tampak memegangi
bagian yang sakit ketika nyeri timbul, TTV klien TD: 140/100 mmHg, N:
93x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,5ᵒc klien tampak sulit beraktivitas, klien
tampak lemah, daerah balutan luka klien tampak kotor, luka klien tampak tidak
terdapat tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, nyeri, panas dan kehilangan
fungsi), klien tampak terpasang NGT, cairan NGT klien tampak berwarna merah,
klien tampak terpasang infuse,
B.
ANALISA
DATA
No
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1
2
3
2.
|
Data
subjektif :
Klien
mengtakan nyeri setempat pada daerah luka post operasi klien engatakan
nyerinya hilang tibul dan nyerinya seperti di tusuk-tusuk
Data
objektif
klien
tampak meringis menahan sakit, skala nyeri klien 8, klien tampak memegangi
bagian yang sakit pada saat nyeri
timbul, ttv klien td: 150/100 mmHg, N: 92x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,5ᵒc
data
subjektif :
klien
mengatakan masih belum mampu beraktivitas, klien mengatakan belum mampu untuk
bergerak klien engatakan terbatas dalam beraktivitas
data
objektif :
klien
tampak belum mampu melakukan aktivitas klien tampak berbaring di tempat
tidur, klien tampak terbatas dalam beraktivitas, klien terpasang infuse
data
subjektif:
klien
mengatakan ada luka di perut bekas operasi, klien mengatakan verbannya belum
diganti, klien mengatakan verbannya sudah kotor
data
objektif:
erban
luka klien tampak belu diganti verbannya tampak kotor
|
Gangguan
rasa nyaman : nyeri
Intoleransi
aktivitas
Resiko
tinggi infeksi
|
Adanya
luka operasi
Kelemahan
fisik
Adanya
luka operasi
|
C.
Dagnosa
Keperawatan
1. Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
D.
Perencanaan,
Pelaksanaan, Dan Evaluasi
1. Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan :
Data subjektif : klien mengatakan nyeri
setempat pada daerah luka post operasi klien engatakan nyerinya hilang tibul
dan nyerinya seperti di tusuk-tusuk klien engatakan nyeri saat dibawa bergerak
Data objektif : klien tampak meringis
menahan sakit, skala nyeri klien 8, klien tampak memegangi bagian yang sakit
ketika nyeri timbul TT klien TD: 190/90 mmHg N: 92x/menit, RR: 24x/menit S:
36,5ᵒc
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kepada Tn.M diharapkan gangguan
rasa nyaman : nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
5. Ekspresi
wajah rilekssss
6. Tanda-tanda
vital dala batas normal (TD: 120/80 mmHg N: 80x/menit, S: 36-37ᵒc, RR:
20x/menit.
7. Nyeri
berkurang seara bertahap (skala nyeri 4)
8. Istirahat/tidur
cukup
Renana
tindakan
6. kaji tingkat dan karakteristik nyeri dan lokasi
nyeri (enetap hilang tibul)
Rasionalisasi
: mengetahui skala nyeri dan lokasi nyeri
7. Anjurkan
klien untuk menggunakan tehnik relaksasi : contoh membayangkan hal-hal yang
klien senangi, dan latihan napas dalam.
Rasioanl
: meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan
koping untuk engalihkan rasa nyeri klien.
8. Sediakan
waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak sering dengan pasien
9. Observasi
tanda-tanda vital klien
Rasional
: untuk engetahui keadaan u
10. Kolaborasi
pemberian obat analgetik (pansol ampul)
Rasional : memberikan penurunan nyeri
Pelaksanaan
Tanggal
02 Desmber 2015
Pukul 19.00 WIB,
mengukur tanda-tanda vital TD: 130/90 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, S:
36,5ᵒc, pukul 19.10 WIB, mengkaji tingkat dan karakteristik nyeri, skala nyeri
klien 8, karakteristik nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dan
lokasi nyeri setempat pada daerah post operasi, pukul 19.20 WIB, mengajarkan
tehnik relaksasi tarik nafas dalam, klien mengikuti ajaran perawat untuk tarik
nafas dalam saat nyeri timbul pukul 19.30 WIB, kolaborasi dengan tim medik
(perawat ruangan) untuk peberian analgesi panso 1 ampul per Drip.
Tanggal
03 Desember 2015
Pukul 08.30 WIB,
mengkaji tingkat dan karakteristik nyeri, skala nyeri klien 6, karakteristik
nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri hilang tibul dan lokasi nyeri setempat poda
daerah post operasi, pukul 0945 WIB memberikan terapi analgesic panso 1
ampul/iv, pukul 11.50 WIB, mengukur TTV, TD: 130/80 mmHg, N:88x/menit, RR:
23x/menit, S:36ᵒc.
Ealuasi
:
Tanggal
02 Desember 2015
Subjektif : klien mengatakan nyeri setempat pada
daerah post operasi, klien mengatakan nyerinya hilang timbul dan seperti di
tusuk-tusuk.
Objektif : klien tampak meringis menahan sakit, klien
tampak memegangi bagian
yang sakit ketika nyeri timbul skala nyeri klien 8, TTV klien TD: 130/90 mmHg,
N: 88x/menit, RR: 23x/menit, S:36,5ᵒc.
Analisa : Masalah gangguan rasa nyaman: nyeri
belum teratasi
Perencanaan
: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5.
Tanggal 03 Desember 2015
Subjektif : klien mengatakan nyeri setempat pada
daerah post operasi, klien mengatakan nyerinya sudah agak berkurang,
Objektif : klien tampak meringis menahan sakit, klien
tampak memegangi bagian yang skait ketika nyeri timbul skala nyeri klien 6 TTV
klien TD: 130/80 mmHg, N: 88x/menit, RR:22x/menit S:36ᵒ
Analisa : masalah gangguan rasa nyaman : nyeri
teratasi sebagaian
Perencanaan : Lanjutkan
intervensi 1234 dan 5 oleh perawat ruangan
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam pada tn. M diharapkan intoleransi
aktivitas dapat teratasi.
Kriteria hasil
3. Klien
dapat beraktivitas kembali
4. Tidak
terjadi kekakuan sendi
Renana
tindakan
5. Tingkatkan
tirah baring/duduk berikan lingkungan yang tenang
Rasional
: meningkatkan istirahat dan tenang
6. Ubah
posisi dengan tenang
Rasional
: meningkatkan fungsi pernafasan
7. Tingkat
akvitas sesuai toleransi, bantu klien melakukan latihan rantang gerak
Rasional
: tirah baring yang lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas
8. Anjurkan
klien untuk miring kiri dan miring kanan
Rasional
: untuk mencegah terjadinya kekauan sendi
Pelaksanaan
Tanggal
02 Desember 2015
Pukul 20.00
meningkatkan tirah baring/duduk, berikan lingkungan yang tenang, klien
diberikan lingkungan yang tenang, pukul 20.15 WIB, mengubah posisi dengan
tenang, klien diberikan posisi semifowler, pukul 20.25 WIB, meningklatkan
aktivitas sesuai toleransi, membantu klien melakukan latihan rentang gerak,
klien dilatih untuk bergerak pelan-pelan, pukul 20.30 WIB, menganjurkan klien
untuk iring kiri dan miring kanan, klien belajar miring kiri dan miring kanan
Tanggal
03 Desember 2015
Pukul 08.30 WIB,
meningkatkan tirah baring/duduk berikan lingkungan yang tenang, klien diberikan
lingkungan yang tenang, pukul 08.45 WIB, mengubah posisi dengan tenang, klien
diberikan posisi yang tenang dan nyaman pukul 09.20 WIB, meningkatkan aktivitas
sesuai toleransi, membantu klien melakukan latihan rentang gerak, klien
diajarkan untuk miring
Evaluasi
Tanggal
02 Desember 2015
Subjektif : klien mengatakan masih belum mampu
beraktivitas, klien mengatakan belum mampu untuk bergerak klien engatakan
terbatas dalam beraktivitas
Objektif : klien tampak belum mampu melakukan
aktivitas klien tampak hanya berbaring di tempat tidur klien tampak terpasang
infuse
Analisa : masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
Perencanaan : lanjutkan
intervensi 1,2,3 dan 4
Tanggal
03 Desember 2015
Subjektif : klien mengatakan masih belum mampu
melakukan ativitas, klien mengatakan hanya terbaring di tempat tidur
Objketif : klien tampak belum mampu dalam
beraktivitas, klien tampak hanya terbaring di tempat tidur
Analisa : masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
Perencanaan : lanjutkan
intervensi 1,2,3 dan 4 oleh perawat ruangan
5. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan :
Data subjektif : klien mengatakan
verbannya belum diganti, verban luka klien sudah kotor klien mengatakan cairan
drainagenya 300 cc
Data objektif : verban luka klien tapak
belu diganti, verban luka klien tapak kotor cairan draigane klien 300 cc
Tujuan
:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pada Tn. M diharapkan resiko
tinggi infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
4. Tidak
ada tanda-tanda infeksi (nyeri, kemerahan, bengkak, panas, gangguan fungsi)
5. Suhu
36,5ᵒc-37,5ᵒc
6. Drainage
tidak berbau
Rencana
tindakan
5. Lakukan
keperawatan luka
Rasionalisasi
: untuk mencegah terjadinya infeksi dan toleransi
6. Observasi
tanda-tanda infeksi
Rasional
: untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi
7. Jaga
kebersihan luka, hindari basah dan lembab
Rasionalisasi
: untuk deteksi dini terjadi infeksi dan mencegah komplikasi
8. Berikan
antibiotik sesuai indikasi
Rasional
: untuk membantu mencegah terjadinya infeksi
Pelaksanaan
Tanggal
03 Desember 2015
Pukul
11.15 WIB, melakukan perawatan luka klien klien dibersihkan, pukul 11.30 WIB,
mengobservasi tanda-tanda infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi, pukul 11.45
WIB, menjaga kebersihan luka, hindari basah dan lembab, luka klien tapak
kering, pukul 12.10 WIB, memberikan antibiotik sesuai indikasi, ceftriaxon
diberikan 1x1 ampul/IV.
Evaluasi :
Tanggal 03 Deseber 2015
Subjektif : klien mengatakan lukanya
sudah dibersihkan, klien mengatakan nyaman setelah verban lukanya sudah diganti
Objektif
: luka klien tapak sudah dibersihkan, klien tapak nyaan setelah lukanya
dibersihkan, verban luka klien tampak bersih
Analisa : masalah resiko tinggi infeksi tidak terjadi
Perenanaan
: pertahankan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
penulis membahas bab demi bab (bab I sampai III) secara keseluruhan mengenai
Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Ileus Obstruksi baik dari segi tinjauan
maupun kasus, maka bab IV penulis dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai
berikut.
Pada
tahap pengkajian klien dengan Ileus
Obstruksi secara umum sesuai antara teori dan kasus. Ada 3 diagnosa yaitu :
gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi, intoleransi
aktivitras berhubungan dengan kelemahan fisik, resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Adapun
kesenjangan antara teori dan kasus pada tahap perencanaan yaitu pada diagnosa
resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi sesuai dengan
teori tingkatkan asupan nutrisi: tinggi protein dan kalsium tetapi tidak
dilakukan klien hanya diberikan asupan NB (nasi bubur tanpa adanya peningkatan
asupan kalsium).
Dari
3 diagnosa yang ditegakan dari hasil evaluasi tanggal 05 Desember 2015
didapatkan evaluasi yaitu : gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan
adanya luka operasi teratasi sebagian hal ini ditandai dengan rasa nyeri yang
dirasakan klien sudah berkurang, klien tampak lebih rileks. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik belum teratasi hal ini ditandai
dengan klien belum mampu beraktivitas, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
adanya luka post operasi teratasi hal ini itandai dengan infeksi tidak terjadi.
B.
Saran
Sesuai
dengan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1.
Untuk
Klien dan keluarga.
Mengingatkan
pada klien dan keluarga agar tidak makan sembarangan dan mencuci tangan sebelum
makan, dan makan makanan yang bergizi dan setelah pulang kontrol dan minum obat
sesuai dengan aturan.
2.
Untuk
Mahasiswa
Mahasiswa
diharuskan untuk lebih memahami teori tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Ileus Obstruksi sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan Ileus Obstruksi.
Daftar
Pustaka
Brunner dan suddarth. Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Vol 2 :EGC (hal 1121-1122)
Doengoes, Marilynn E, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman
untuk perencanan dan pendokumentasian perawat pasien, Edisi
ktiga. Jakarta; EGC.
Geissler,
Alice C. 2005, cetakan 5.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Pearce,
Evelyn C. Anatomi dan fisiologi Untuk Para Medis, PT Gramedia: Jakarta.